Reviews Film My Name is Pauli Murray

Reviews Film My Name is Pauli Murray

Reviews Film My Name is Pauli Murray – “Anda tidak dapat mengajarkan sejarah Amerika tanpa berbicara tentang Pauli Murray,” kita diberitahu sejak awal dalam “My Name is Pauli Murray.” Anda mungkin setuju pada akhir film dokumenter informatif ini. Sutradara Julie Cohen dan Betsy West membiarkan subjek mereka menceritakan kehidupan luar biasa yang memengaruhi siswa, pemimpin hak-hak sipil, dan lebih dari satu hakim Mahkamah Agung masa depan. Ruth Bader Ginsburgdan Thurgood Marshall menggunakan gagasan dan penelitian Murray dalam kasus pengadilan mereka yang paling terkenal. Para pembuat film memperhatikan betapa cerdas dan majunya gagasan-gagasan itu, menunjukkan bagaimana ACLU menggunakannya hingga akhir tahun 2020 untuk memastikan bahwa hak-hak LGBTQ+ ditegakkan. Jika ini adalah fitur yang dramatis, saya tidak yakin penangguhan ketidakpercayaan saya akan cukup elastis untuk menahan pencapaian yang disajikan di sini. Kebenaran memang lebih aneh, dan lebih menakjubkan, daripada fiksi.

Reviews Film My Name is Pauli Murray

24framespersecond – Dalam bentang hidup 74 tahun, Pauli Murray merupakan seseorang pengacara, penyair, penggerak, guru, serta pemimpin Episkopal, perempuan kulit gelap awal yang ditahbiskan. Murray pula apa yang kita ucap selaku non- biner, meyakinkan kalau, semacam yang dibilang satu orang dalam film dokumenter, ini terdapat jauh saat sebelum orang membahasnya dengan cara terbuka. Tetapi, kita menciptakan kalau Murray memanglah berupaya buat mengungkapkannya, serta pada satu titik mencari pembedahan investigasi buat memandang apakah terdapat perlengkapan kemaluan pria yang tidak turun. Terkadang, serta buat keamanan sepanjang masa Tekanan mental dikala mengemudikan jalan kereta api, performa serta busana Murray merupakan semacam anak muda pria. Pesan mengatakan seorang yang merasa terletak di badan yang salah.

Baca juga : Reviews Film Prisoners of the Ghostland

Satu perihal yang tidak diulas dalam surat- menyurat itu merupakan tutur ubah yang digemari, bisa jadi sebab idenya tidak terdapat pada dikala itu. Dalam memoar, Murray diucap selaku” ia” serta” ia,” serta memoarnya sendiri, yang kita dengar rekamannya, ditulis selaku orang awal. West serta Cohen membagikan durasi pada seseorang penggerak non- biner yang membenarkan pemakaian tutur ubah kewanitaan namun menyudahi buat memakai” mereka” kala mereka merujuk ke Murray. Bila ragu, aku umumnya bertanya preferensi seorang, namun permasalahan semacam itu tidak bisa jadi dicoba di mari. Aku hendak memakai” ia” serta” ia” di mari, tanpa hasrat kejam ataupun tidak segan.

Apalagi, terdapat bagian dari” Julukan Aku Pauli Murray” itu seluruh mengenai pengenalan serta gimana terminologi yang dikira salah bisa mendesak perbandingan opini. Murray membimbing anak didik sepanjang tahun 1960- an, bawa puluhan tahun kemampuan peperangan hak- hak awam langsung ke kategori. Tetapi para anak didik menyangkal preferensinya buat memakai” Negro” ternyata” Gelap,” sampai berikan merek pada guru besar mereka selaku Mamak Tom. Kita mengikuti alibi di balik opsi itu—“ gelap” tidak sempat memakai graf besar serta sebab itu dikira merendahkan moral—tetapi ini merupakan masa“ Gelap itu Bagus” serta, semacam yang ditunjukkan oleh seseorang sahabat, para anak didik ini serupa bergairah serta terang- terangan semacam Murray berumur 30 tahun. tadinya kala Eleanor Roosevelt dilempari dengan huruf- huruf yang diketik yang kunyah FDR sebab statment anti- penggantungannya yang separuh batin.

Sebab surat- surat itu, Mrs. Roosevelt serta Murray menjalakan pertemanan sepanjang sebagian dasawarsa. Bunda Negeri jadi sejenis wujud kewanitaan serta golongan yang pula memberi sebagian pengalaman hidup: misalnya, keduanya yatim piatu serta dibesarkan oleh saudara yang lebih berumur. Famili Murray merupakan golongan multi- etnis, sebagian di antara lain bisa dikira selaku White, serta mereka seluruh menancapkan buah pikiran kalau seseorang perempuan bisa melaksanakan apa saja. Terkesan oleh kemauan kokoh temannya serta keberaniannya dalam mengalami siapa juga terbebas dari status mereka, Mrs. Roosevelt lumayan kerap menganjurkan Murray selaku pangkal yang bernilai untuk banyak orang semacam JFK.“ My Name is Pauli Murray” pula merahmati kita dengan

bungkus majalah Ebony kesukaan aku sejauh era, yang lucu di mana Roosevelt melaporkan“ Sebagian Sahabatku Merupakan Negro!”

Baca juga : Reviews Film The Mad Women’s Ball

Untuk bumi, Pauli Murray merupakan seseorang perempuan, serta diperlakukan semacam itu. Seksisme tiba dari kulit gelap serta pula kulit putih.“ Banyak orang membahas Jim Crow,” tulisnya,“ well, aku berhubungan dengan Jane Crow.” Belokan suku bangsa serta kelamin ini hendak jadi poin dialog yang konsisten untuk Murray—sekali lagi, jauh di depan waktu—dan ini tercantum sebagian pemakaian yang licik dari Amandemen ke- 14 buat mendesakkan kesamaan kesetaraan dalam hukum. Sehabis ditolak diperoleh dalam program PhD, ia mencatat di sekolah hukum Howard University.” Aku tidak ketahui kenapa wanita apalagi hendak memikirkan hukum,” tutur seseorang guru besar. Serta sepanjang tahun awal, Murray“ apalagi tidak diizinkan buat berdialog.” Sehabis lolos dengan angka paling tinggi di kategori, otomatis pendapatan Murray ke Harvard buat meneruskan riset dibatalkan sebab cuma buat pria.

“ My Name is Pauli Murray” bukan cuma catatan hasil, tiap- tiap lebih bergengsi dari yang terakhir. Ini pula sedikit cerita cinta antara Murray serta Irene“ Renee” Barlow. Keduanya berjumpa di perusahaan hukum tempat mereka bertugas, terpikat satu serupa lain sebab mereka merupakan 2 dari sedikit perempuan di hutan yang penuh dengan laki- laki. Kita mengikuti bagian sebagian pesan di antara keduanya, serta Murray mengatakan ia selaku” sahabat terdekat aku” pada kaset yang direkam sepanjang penyusunan biografi kedua, Song in a Weary Throat: An American Pilgrimage. Kala Yale baru- baru ini mendirikan Pauli Murray College, itu menghasilkan perintis orang kulit gelap serta LGBTQ+ awal yang mempunyai institut yang dipanggil bagi julukan mereka.

Saat sebelum film ini, aku tidak ketahui banyak mengenai Pauli Murray. Itu melaksanakan apa yang dicoba seluruh film dokumenter yang baik: itu membuat aku mau membaca serta dididik lebih banyak mengenai subjeknya. Serta alangkah hebat serta menginspirasinya Pauli Murray.